Judul
Novel : Tuhan, Izinkan Aku Menjadi
Pelacur
Penulis : Muhidin M. Dahlan
Tebal : 261 halaman
Penulis : Muhidin M. Dahlan
Tebal : 261 halaman
Sebuah
novel kontroversial yang ditulis oleh Muhidin M. Dahlan merupakan novel yang
ditulis sekitar tahun 2002-2003. Novel ini menceritakan tentang seorang
perempuan yang bernama Nidah Kirani yang mengalami pergolakan jiwa antara
tingkat ke islaman yang selama ini selalu berusaha ia tingkatkan dan segala
bentuk cobaan yang datang kepadanya pergulatan seorang perempuan dengan
idealisme tinggi, namun akhirnya menemukan kemunafikan yang luar biasa dalam
pertemuannya dengan berbagai orang yang selama ini mengatasnamakan agama,
akhlak, dan idealisme. Kisah novel ini bermula ketika Nidah sang tokoh utama
perempuan yang tinggal di Gunung Kidul yang digambarkan sebagai seorang muslim
yang taat tubuhnya tertutup jubah dan jilbab besar. Hampir semua waktunya
dihabiskan untuk shalat, baca Al Quran, dan berzikir.
Seiring
dengan perjalanan hidupnya untuk memperkuat keimananya Nidah diterpa kekecewaan,
Nidah Kirani merasa apa yang selama ini menjadi obsesinya, dan sedang ia
perjuangkan melalui komunitas jamaah, mengalami jalan buntu. Perjalanan sucinya
sebagai juru dakwah demi syariat seolah berada dalam lorong panjang yang
remang. Organisasi garis keras yang mencita-citakan tegaknya syariat Islam di
Indonesia yang diidealkannya bisa mengantarkannya ber-Islam secara kaffah,
ternyata malah merampas nalar kritis sekaligus imannya. Nidah Kirani yang
awalnya masuk dalam organisasi garis keras untuk menemukan titik kebenaran
keislamannya. Dia berada dalam kebingungan ketika berkecimpung di dalamnya. Dia
limbung dan tak ada yang membantunya memberikan jawaban. Kesadarannya memberontak
ketika banyak hal yang ditemuinya saling bertentangan. Dalam kekecewaannya,
Nidah berkelana. Berpetualang dari satu organisasi ke organisasi lain. Setelah
keluar dari jamaah, Nidah bertemu seorang aktivis mahasiswa Kepadanya ia
meminta “suaka batin” atas kegundahannya. Ia pun sering mengungkapkan perasaan kekecewaannya terhadap jamaah, hingga
keputusannya untuk melarikan diri yang penuh risiko. Kepada sang aktivis itu pula ia banyak berdiskusi ihwal pergerakan
politik mahasiswa. Dan,
perasaan kecewa terhadap jamaah dan organisasi tersebut sedikit terobati dengan
hadirnya sosok aktivis mahasiswa sosialis yang terlihat tangguh dan heroik.
Namun,
cobaan pun datang menerpa Nidah yang mungkin saja sedang menguji keimanannya
terhadap kepercayaannya sebagai seorang muslim, Selang beberapa hari berlindung
di naungan aktivis itu, harkat dan martabatnya sebagai perempuan suci ternodai
oleh hasrat-birahi aktivis itu. Sejak saat itu, diatas segala kecewa yang
melandanya, dia mulai berontak pada "Tuhan"nya dengan caranya. Mulai
mencoba merokok, mencicipi narkoba, sampai akhirnya berpetualang pada satu pria
ke pria lainnya. Dan pertahanan diri yang lemah mendorongnya untuk memenuhi
hasrat nafsu manusiawinya, berzina dan bersetubuh dengan dalih pemberontakan.
Semua
hal yang diharamkan oleh agama pun justru dilakoni oleh seorang Nidah yang
memberontak dan sudah tidak meyakini akan kasih dan cobaan yang di berikan oleh
Tuhannya. Hal tersebut semakin membuatnya memberontak yaitu ketika laki-laki
yang diyakini orang – orang sebagai manusia yang terhormat seperti aktivis yang
heroik yang ia kenal,yang memiliki tampang ustadz, seniman bahkan aktivis
politik pun telah menodainya. Dalam suasana hati yang luluh lantak,
kepercayaannya pada laki-laki, perkawinan,dan cinta pun menjadi nihil. Dan
dengan perasaan marah, kecewa, dia berusaha untuk bangkit dan tak mau kalah.
Maka dicarinya pembenaran-pembenaran yang dapat menguatkan hatinya. Hingga dia
pun dapat berdiri tegak, mengangkat dagu, dan menantang dunia, tuhan, dan realitas.
Nidah menasbihkan diri untuk melacurkan diri. Sebagai bentuk pemberontakannya
pada Tuhan terkasihnya. Sepeti yang tertuang dalam petikan dibawah ini.
“Biarlah aku hidup dalam gelimang
api-dosa, sebab terkadang dosa yangdihikmati, seorang manusia bisa belajar
dewasa”
Segala
hal yang telah menimpa dirinya saat itu menjadikan dia sebagai perempuan yang
dulunya dikenal dengan kerudung besar dan pakaian takwanya kini berubah menjadi
perempuan liar yang tak terkendali. Dia ingin Allah tahu bahwa dia tidak lagi
percaya pada-Nya sehingga dia mulai menjadi seorang petualang. Dia berhasil
menaklukan laki-laki yang dikenal dengan keislamannya. Aktivis dan dosennya pun
dia taklukan dengan kecantikannya. Semuanya bersujud di bawah kakinya demi
mendapatkan kepuasan (maaf) birahi.
Dari
kisah Nidah Kirani yang dibahas novel karya Muhidin ini ibarat sebuah lensa
yang merekam babak perjalanan hidup perempuan Muslimah yang beralur dramatis,
juga tragis. Organisasi keislaman yang mencita-citakan tegaknya syariat Islam
di Indonesia yang diidealkannya bisa mengantarkannya ber-Islam secara kaffah,
ternyata malah merampas nalar kritis sekaligus imannya. Nidah Kirani
berusaha “kabur” dari perkumpulan agama yang dianggapnya suci itu. Hingga
akhirnya ia terjebak dalam keremangan pencarian makna hidupnya, berpetualang
mencari esensi dan makna hidup.
Karena
novel ini dipenuhi dengan pro dan kontra, tentunya kita sebagai pembaca harus
memahami betul isi dari novel tersebut, kita harus pintar dalam mengambil
hikmah dibalik kisah seorang Nidah yang seharusnya tidak sampai melakukan
pilihan hidup yang seperti itu, dimana Allah selalu akan memberikan coba namun
tidak melampaui batas kemampuan umatnya. Secara kasat mata, Novel ini memang
menghadirkan sesuatu secara negatif, tapi bagi pembaca yang bijaksana akan
banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik. Tentang idealisme, pergulatan
batin, akhlak, dan pencarian esensi diri dan makna hidup. Dan tentu, pembaca
juga harus pandai-pandai mengambil celah-celah positif yang tersirat dalam novel
berjudul “Tuhan, Ijinkan aku menjadi Pelacur” ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar