KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah
dilimpahkan kepada Kami sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kesejahteraan Masyarakat dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia” yang merupakan
salah sau tugas Teori Organisasi Umum dua pada semester empat.
Makalah ini membahas mengenai
bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia, penyebab masalah kualitas
pendidikan di Indonesia beserta cara penanggulangannya, bagaimana hubungan
antara kesejahteraan pengajar dengan pertumbuhan ekonomi nasional, bagaimana
hubungan antara kesejahteraan masyarakat dengan pertumbuhan ekonomi,
penanggulangan masalah-masalah bencana yang terjadi dengan pertumbuhan ekonomi
saat itu, dan upaya pemerintah dalam perbaikan fasilitas-fasilitas umum yang
ada.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih belum sempurna, namun telah memberikan manfaat bagi Kami.
Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita. Kritik dan saran yang bersifat
membangun akan Kami terima dengan senang hati.
Bekasi, 5 Juni
2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sering
kali masalah pendidikan di Indonesia menjadi masalah utama. Jika ditinjau dari
kualitas pendidikan yang ada di negara-negara maju perbandingannya sangatlah
jauh. Sebagian besar orang akan menyalahkan pengajar dan sistem pendidikan,
namun bukan hanya itu penyebab utama kualitas pendidikan di Indonesia lebih
buruk dari negara-negara maju.
Jika dilihat dari segi kesejahteraan
guru di Negara Ini, sangatlah kurang dibandingkan dengan kesejahteraan guru di
negara-negara maju, misalnya Jepang. Di Jepang menjadi seorang guru tidaklah
mudah, banyak tahapan-tahapan yang harus dilewati, namun gaji yang didapat pun
besar. Lihatlah mahasiswa atau mahasiswi di Universitas Tokyo, Jepang.
Mahasiswa atau mahasiswi yang unggul dan berprestasi selesai dari masa kuliah
langsung menjadi guru atau pengajar.
Lain halnya dengan di Indonesia,
pekerjaan menjadi guru atau pengajar masih dianggap sepele karena jika dibandingkan
dengan pekerjaan lain, seperti bermusik misalnya. Jika dihubungkan dengan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia, tidak hanya guru atau pengajar yang kurang
mendapatkan perhatian, namun juga pengangguran dan kesehatan masyarakat.
Masih banyak lapangan pekerjaan yang
dibutuhkan di Indonesia, juga distribusi kesehatan masyarakat. Indonesia
memiliki wilayah yang luas dan banyak terdiri dari orang-orang suku pedalaman.
Akan lebih baik jika pada suku-suku pedalaman(yang masih bisa menerima orang
luar) dikirim beberapa dokter atau perawat untuk membantu kesehatan di sana,
namun juga dilandasi dengan fasilitas-fasilitas yang pemerintah berikan kepada
dokter atau perawat di sana sehingga para dokter atau perawat nyaman berada di
sana.
Kesejahteraan masyarakat bukan hanya
pengangguran dan kesehatan, namun juga fasilitas-fasilitas umum yang dipakai
oleh masyarakat, contohnya jalan raya. Sebagan besar, jalan-jalan umum yang ada
di Indonesia rusak atau berlubang. Hal ini tidaklah baik bagi pengguna jalan
karena dapat menyebabkan kecelakaan. Oleh karena itu, dalam makalah ini Kami
mengangkat masalah kesejahteraan masyarakat dan hubungannya dengan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah:
- Bagaimana
kualitas pendidikan di Indonesia?
- Apakah
penyebab masalah pendidikan di Indonesia dan penanggulangannya?
- Bagaimanakah
hubungan kesejahteraan pengajar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
- Bagaimanakah
hubungan kesejahteraan masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia?
- Bagaimanakah
penanggulangan atau gambaran mengatasi masalah-masalah bencana yang
terjadi dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat itu?
- Bagaimanakah
upaya-upaya pemerintah dalam perbaikan fasilitas-fasilitas umum yang ada?
C. Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah untuk:
- Mengetahui
kualitas pendidikan di Indonesia.
- Mengetahui
penyebab masalah kualitas di Indonesia dan penanggulangannya.
- Mengetahui
hubungan kesejahteraan pengajar terhadap pertumbuhan ekonomi.
- Mengetahui
hubungan kesejahteraan masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi.
- Mengetahui
gambaran mengatasi masalah-masalah bencana yang terjadi dengan pertumbuhan
ekonomi saat itu.
- Mengetahui
upaya-upaya pemerintah dalam perbaikan fasilitas-fasilitas umum yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kualitas Pendidikan Indonesia
Fungsi
Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional adalah berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Berdasarkan penjelasan diatas semakin memperjelas peran pendidikan bagi
Negara Indonesia yaitu untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
Indonesia.
UNESCO
dalam Education Development Index menyatakan bahwa, tingkat perkembangan
pendidikan Indonesia terletak pada peringkat 102 dunia (Wikipedia.com),
sementara itu bebas buta aksara masyarakat indonesia berada pada peringkat 95
sebesar 87,9%. Kondisi ini merupakan kondisi yang cukup memprihatinkan, karena
hal ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan di indonesia belum berjalan dengan
optimal.
Pendidikan
formal Indonesia satu dibandingkan dengan pendidikan luar negeri selalu berada
di urutan bawah.Sebagaimana data-data yang tersebar di banyak media, jika
dibandingkan dengan negara-negara yang sedang berkembang, utamanya negara-negara
ASEAN, kualitas pendidikan Indonesia masih sangat tertinggal jauh. Survei
Political and Economic Risk (PERC) kualitas pendidikan di Indonesia berada pada
urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Dengan kata lain Indonesia berada di
urutan paling bawah. Posisi pendidikan Indonesia berada di bawah Vietnam. Pada
survei tahun 2007 oleh World Competitiveness Year Book memaparkan bahwa daya
saing pendidikan Indonesia berada pada urutan 53 dari 55 negara yang
disurvei.Sedikit yang menggembirakan dari pendidikan formal kita (mungkin)
adalah pendidikan dasar yang diwajibkan ke semua warga negara, telah mencapai
100 persen. Artinya, sudah tiada lagi masyarakat yang tidak tersentuh
pendidikan dasar dikarenakan kesalahan pemerintah. Pendidikan formal tingkat dasar
dibuka selebar-lebarnya kepada seluruh anak bangsa, baik yang memiliki uang
melimpah atau yang sama sekali tak memilikinya. Di samping itu, pada survei
pada 2009 menghasilkan bahwa tingkat melek huruf penduduk di Indonesia mencapai
99,47 persen.
B. Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan
di Indonesia
Berikut ini akan dipaparkan secara
khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia.
- Rendahnya
Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana
fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya
rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak
lengkap.
- Rendahnya
Kualitas Guru
Kebanyakan
guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya
sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan
pengabdian masyarakat.
- Rendahnya
Kesejahteraan Guru
Berdasarkan
survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada pertengahan tahun 2005,
idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah.
Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru
bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per
jam.
- Rendahnya
Prestasi Siswa
Dengan
keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan
kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
- Kurangnya
Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Layanan
pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini
nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara
keseluruhan
- Rendahnya
Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
Adanya
ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini
disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang
dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
- Mahalnya
Biaya Pendidikan
Mahalnya
biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT)
membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah.
- Solusi dari Permasalahan-permasalahan Pendidikan
di Indonesia
Untuk
mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat
diberikan yaitu:
- Solusi
sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan
dengan sistem pendidikan.
- Solusi
teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung
dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah
kualitas guru dan prestasi siswa.
C. Hubungan Kesejahteraan Pengajar
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Di Indonesia, pendidikan masih belum
mendapatkan tempat yang utama sebagai prioritas program pembangunan nasional.
Hal ini ditunjukkan dengan jumlah anggaran pendidikan yang masih jauh dari
amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Padahal dalam
UU tersebut, telah mengamanatkan tentang besarnya anggaran pendidikan di
berbagai level pemerintahan minimal 20%.
Anggaran pendidikan dari APBN 2006
saja baru mencapai 9% atau Rp 36,7 triliun, sedangkan pada tahun 2007
diperkirakan jumlah anggaran pendidikan baru berkisar 11%. Rendahnya pemenuhan
anggaran pendidikan dapat mengakibatkan mutu pendidikan dan perluasan akses
pendidikan menjadi terhambat. Akibatnya peningkatan pengetahuan, keterampilan,
dan penguasaan teknologi juga terpasung.
Sementara tingkat partisipasi
pendidikan menurut data Susenas 2004, APS penduduk usia 7 s/d 12 tahun meningkat
dari 92,83% pada 1993 menjadi 96,775 pada 2004. Dalam rentang waktu yang sama
APS penduduk usia 13 – 15 tahun meningkat dari 68,74% menjadi 83,49%. Sedangkan
APS penduduk usia 16 – 18 tahun meningkat dari 40,23% menjadi 53,48%. Data
tersebut menunjukkan adanya masalah kesenjangan partisipasi pendidikan,
sehingga pemerintah perlu meningkatkan alokasi anggaran pendidikan agar
masyarakat lebih banyak lagi yang mendapatkan kesempatan menikmati pendidikan.
Kondisi di atas akan memunculkan
fenomena tersendiri bagi pengembangan SDM di Indonesia, diantaranya kesenjangan
pendapatan, ketertinggalan pendidikan, kemiskinan, dan kemakmuran masyarakat.
Sylwester (2002) telah merekomendasikan dari hasil kajiannya yang menunjukkan
bahwa negara yang mencurahkan banyak perhatian terhadap public education (dilihat dari persentase GNP terhadap pendidikan)
mempunyai tingkat kesenjangan yang rendah.
Dengan minimnya anggaran dan
perhatian terhadap pendidikan, kesejahteraan tenaga pengajar/guru sekarang bisa
dibilang sudah lebih baik di banding sebelumnya yang hanya bisa menutupi
kebutuhan sehari-hari. Peningkatan terhadap kesejahteraan pengajar akan
memotivasi peningkatan dalam mutu pengajarannya sehingga target pertumbuhan
ekonomi nasional dapat tercapai.
D. Hubungan Kesejahteraan Masyarakat Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Jika
memang benar pertumbuhan ekonomi itu tinggi, maka sejatinya pengangguran dan
kemiskinan akan berkurang dan kesejahteran masyarakat meningkat. “Jika
pertumbuhan ekonomi Indonesia benar tinggi, maka tidak akan ada TKW yang
bekerja di Arab dan Malaysia ungkap Efendi Ghazali dalam tv one. Artinya memang
benar bahwa pertumbuhan ekonomi saat ini tidak ada pengaruhnya terhadap rakyat.
Ini terlihat dari kemiskinan yang meningkat sangat signifikan pada tahun 2010 yaitu
dari 12,4 juta menjadi 43,4 juta penduduk miskin dari total penduduk sebesar
234 juta(Pikiran Rakyat, 13/12/2010).
Kita
dapat melihat dari data BPS (1994; 2001; 2009) bahwa terjadi gap antara pertumbuhan
ekonomi dengan kemisknan, artinya di satu sisi pertumbuhan ekonomi naik, tetapi kemiskinan pun ikut naik. Dengan demikian
menarik untuk disimak pernyataan Neti Budiawati dosen ekonomi Universitas
Pendidikan Indonesia, bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi saat ini tidak ada
korelasinya terhadap kesejahteraan masyarakat. Lebih baik pertumbuhan ekonomi
tinggi tapi pengangguran dan kemiskinan juga tetap tinggi atau pertumbuhan
ekonomi rendah tapi kesejahteraan masyarakat meningkat. Tentu kita sebagai
orang yang “waras” lebih memilih kesejahteraan masyarakat yang tinggi di
bandingkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. apa artinya pertumbuhan ekonomi
tinggi jika masyarakatnya tetap miskin dan pengangguran tetap bertambah.
Dengan
demikian pertumbuhan ekonomi menjadi prisip dasar politik ekonomi (baca:
Kapitalisme) yang diterapkan di Indonesia, di mana pertumbuhan ekonomi yang
tinggi merupakan tujuan sekaligus solusi berbagai macam permasalahan
perekonomian nasional, seperti kemiskinan dan pengangguran. Dalam konteks yang
lebih luas pembangunan dikatakan berhasil bila pemerintah dapat membawa
perekonomian Indonesia pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
sebagaimana yang pernah dicapai Indonesia sebelum krisis ekonomi terjadi sejak
tahun 1997 dan saat ini. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang rendah atau stagnan,
dianggap sebagai kegagalan pemerintah ekonomi dalam mengatur kebijakan
ekonominya.
Di
atas prinsip mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi, ditegakkan pula prinsip
kebijakan fiskal yang bersahabat dengan pasar (market friendly) atau bersahabat
dengan para investor (investors friendly). Dengan prinsip ini, jika terjadi
benturan kepentingan antara public interest dengan investor interest dalam
kebijakan fiskal, maka pemerintah akan memenangkan kalangan investor. Seperti
yang tersirat dari pemikiran Boediono, bahwa kebijakan fiskal harus dilakukan
secara berhati-hati dan dengan pertimbangan yang matang akan dampaknya terhadap
kepercayaan para investor. Jangan sampai kebijakan fiskal yang dipilih
berakibat pada melemahnya kepercayaan pasar walaupun baru sekedar mengagetkan
mereka saja.
Dalam
pandangan an-Nabhani, bahwa pertumbuhan ekonomi dijadikan prinsip dasar adalah
keliru dan tidak sesuai dengan realitas, serta tidak akan menyebabkan
meningkatnya taraf hidup dan kemakmuran bagi setiap individu secara menyeluruh.
Politik ekonomi pemerintah ini menitikberatkan pada pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan manusia secara kolektif yang dicerminkan dengan pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Akibatnya pemecahan permasalahan ekonomi terfokus pada
barang dan jasa yang dapat dihasilkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, bukan pada individu manusianya. Sehingga pembahasan ekonomi yang
krusial untuk dipecahkan terfokus pada masalah peningkatan produksi.
Agar
hal tersebut tercapai, aturan main (hukum) dan kebijakan yang diterapkan negara
harus akomodir terhadap para pelaku ekonomi yang menjadi lokomotif pertumbuhan,
yakni para pemilik modal (investor). Konsekuensinya, meskipun pertumbuhan
ekonomi tinggi distribusi pendapatan menjadi sangat timpang sebab sebagian kekayaan
nasional memusat di tangan segelintir orang saja (para pemilik modal). Menurut
Capra, pertumbuhan ekonomi yang tinggi mendorong peningkatan pendapatan
golongan kaya dan menyebabkan kesenjangan semakin lebar. Inilah yang dikatakan
an-Nahbani bahwa distribusi pendapatan di negara yang menerapkan ekonomi
Kapitalis didasarkan pada kebebasan kepemilikan, sehingga yang menang adalah
yang kuat, yakni para investor.
Oleh
karena itu, jika pemerintah benar-benar ingin meminimalisir kemiskinan dan
meingkatkan kesejahteraan masyarakat maka tolak ukur pertumbuhan ekonomi
bukanlah indikatornya, melainkan kesejahteraan individulah yang menjadi
indikatornya. karena belum tentu pertumbuhan ekonomi tinggi masyarakatnya
sejahtera (seperti kondisi saat ini). Dengan demikian orietasi pada pertumbuhan
ekonomi sudah tidak tepat dijadikan prinsip dasar pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
E.
Masalah Bencana yang Terjadi dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Wilayah kepulauan Indonesia
merupakan wilayah yang rawan bencana alam sebab terletak di antara dua lempeng
tektonik, yang banyak terdapat gunung api serta berada di daerah tropis dimana
memiliki curah hujan yang tinggi. Dampak dari bencana tidak hanya menghilangkan
nyawa tetapi juga menyebabkan kerugian material, dampak sosial seperti
meningkatnya angka kemiskinan, pengangguran, kerentanan, dan menurunnya
kualitas sumber daya baik alam maupun manusia.
Sebagai contoh yaitu bencana tsunami
Aceh yang menyebabkan hampir satu juta penduduk masuk ke dalam jurang
kemiskinan meski masyarakat tersebut telah memperoleh bantuan berupa makanan,
pakaian, dan perumahan sementara, tetapi pada umumnya mereka masih belum mampu
mengembalikan mata pencaharian untuk menyambung hidup mereka.
Bencana alam juga menyebabkan kemunduran
ekonomi suatu wilayah tanpa menyebabkan kemajuan ekonomi di wilayah lain.
Dengan demikian, kegiatan perekonomianpun akan tersendat akibat kerusakan
bangunan, tempat usaha, dan infrastruktur, oleh karenanya diberikan beberapa
stimulus dari pemerintah pusat. Tapi tidak menutup kemungkinan akan datang
bantuan dari negara-negara yang memiliki hubungan kerja sama dengan Indonesia.
Untuk membangun kembali
(rekonstruksi dan pemulihan) dibutuhkan respon yang cepat dalam mengatasi
dampak langsung bencana yang berwujud kerusakan sarana dan prasarana
infrastruktur perekonomian. Pada umumnya respon dan aksi terkait dengan
manajemen risiko bencana seperti di Indonesia cenderung hanya menekankan pada
aktivitas setelah terjadinya bencana dan jatuhnya korban. Belum lagi adanya
ketergantungan yang besar terhadap lembaga-lembaga pembangunan multilateral dan
badan-badan donor internasional seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia.
Pada beberapa kasus, ada wilayah
yang tidak dapat menjalankan program pembangunan karena seluruh SD yang
dimiliki terlah tersedot untuk program pemulihan dan rekonstruksi. Dana bantuan
yang biasanya berupa pinjaman tersebut mengalir habis begitu saja tanpa adanya
efek yang berkelanjutan. Sebagai akibatnya angka penduduk miskin, pengangguran
pun meningkat, defisit fiskal, masalah neraca pembayran dan berkurangnya
cadangan internasional suatu negara, dll.
Faktor krisis yang menentukan respon
ekonomi terhadap bencana adalah kekayaan suatu perekonomian. Terdapat hasil
penelitian yang menyatakan bahwa salah satu penyebab bencana adalah
tertinggalnya suatu perekonomian. Oleh karenanya pemerintah harus menentukan
strategi kebijakan untuk pembiayaan pemulihan aktivitas ekonomi masyarakat yang
terkena bencana alam. Salah satunya, pemerintah busa menyalurkan bentuan jangka
pendek barupa pinjaman cepat untuk membantu masyarakat mendirikan kembali
bangungan, perlengkapan, dan barang-barang modal.
F.
Perbaikan Infrastruktur dan Upaya Pemerintah dalam Menanganinya
Guna mempertahankan kinerja positif
perekonomian Indonesia, perbaikan infrastruktur merupakan salah satu unsur
penting yang dapat dilakukan pemerintah untuk mendukung dunia usaha, demikian
temuan Edelman Trust Barometer survei tahun ini.
Sebanyak 44% dari kalangan elit
informasi (informed public) Indonesia, lebih tinggi daripada kalangan sama di
dunia (19%), menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur yang mempermudah dan
memperbesar peluang usaha menjadi peranan paling penting pemerintah dalam
mendukung pertumbuhan usaha.
Indonesia mencatat kenaikan produk
domestik bruto (PDB) sebesar 6,5% sepanjang 2011, menunjukkan kinerja terbaik
sejak 1996 dan menegaskan posisinya sebagai salah satu negara dengan
pertumbuhan ekonomi tertinggi di Asia.
Rencana pembangunan Indonesia untuk
tahun 2011-2025 membutuhkan investasi sekitar USD 440 milyar untuk pembangunan
jalan layang, pelabuhan, serta pembangkit listrik, dan USD 160 milyar
diantaranya hingga 2014 untuk memberikan sarana penunjang yang dibutuhkan dunia
usaha serta mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi saat ini.
“Walaupun institusi bisnis merupakan
salah satu institusi terpercaya di Indonesia, untuk mempertahankan kinerjanya,
pelaku usaha membutuhkan dukungan yang tepat. Kebutuhan akan pembangunan
infrastruktur memberi peluang bagi pemerintah untuk menciptakan dinamika
positif antara pemerintah dan pelaku usaha dalam mensukseskan dunia usaha dan
ekonomi," ujar Chadd McLisky, Chairman, IndoPacific Edelman,
Chris Kanter, Ketua Asosiasi
Pengusaha Indonesia (APINDO) menambahkan, “Pembangunan infrastruktur sangat
penting bagi Indonesia untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan kepercayaan
pada dunia usaha. Infrastruktur yang baik dapat menjadi pemicu bagi
masuknya investasi asing dan dapat membawa Indonesia ke tingkatan lebih tinggi
sebagai pemain serius perekonomian global."
Selain pembangunan infrastruktur,
peran penting lainnya yang diharapkan dari pemerintah adalah memberikan kontrol
yang diperlukan dunia usaha sesuai pendapat 30% responden yang mengatakan,
pemerintah seharusnya melindungi konsumen dari praktek bisnis yang tidak
bertanggung jawab dan 19% responden yang berpendapat bahwa pemerintah perlu
mengatur kegiatan pelaku usaha untuk memastikan bahwa perusahaan dijalankan
secara bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Pidarta,
Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/masalah-pendidikan-di-indonesia.
http://sman7tangerang.sch.id/artikel%20ekonomi/khusaini_dik-ekon.doc
http://forum.detik.com
Nabhani, An.2009. Sistem
Ekonomi Alternatif. Al Azhar Press. Bogor.
Yusanto, Ismail.2009. Pengantar Sistem Islam. Al Azhar Press. Bogor.
Laporan tahunan BPS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar